Kamis, 02 Agustus 2012

Gemar Membaca dan Dekat Dengan Al-Qur'an al-Karim


Seberapa dekat kah kita dengan Al Qur’an??
Membaca Al Qur’an dengan hati itu menenangkan, menyejukkan, dan bisa menitikkan air mata, tetapi membaca Al-Qur’an itu akan menjadi beban jikalau membacanya hanya sebagai penggugur kewajiban tiap harinya. Menjadikan beban atas targetan-targetan di tiap harinya.
“Bacalah Alqur’an”, Kata Allah, kemudian dilanjutkan “Dengan tartil”, itulah kira-kira arti dari Qs Al Muzammil : 4. Khusnudzon saya semua sudah mengetahui adab-adab membaca Al Qur’an, karena dalam pelajaran agama yang hanya 2 jam di tiap minggu itu menyinggung sedikit tentang Al Qur’an.
Entah harus dengan senang ataukan miris mendengar kata “hanya 2 jam” pelajaran agama itu diberikan di Negara yang mayoritas adalah muslim ini. Negara yang katanya mengaku muslim ini bahkan mempunyai senjata ampuh untuk menhadapi syetan. Yaitu Al Qur’an. Tapi yang agak mengganjal, kenapa Al Qur’an yang jadi alatnya ya?? Bukan isinya?? Krik krik krik.
Moment ramadhan ini adalah moment yang tepat sekali untuk membuka kembali Al Qur’an kita. tak hanya membaca karena ingin diketahui orang lain, bahwa ternyata “saya bisa katam Al Qur’an satu kali lho dalam satu bulan ramadhan ini”, heheee, itu hanya anak kecil saja yang melakukan. Kalau kita InsyaAllah tidak ya??
Hati yang senantiasa dengan Al Qur’an?? Hemmm, memang di awal harus dipaksa untuk membacanya tiap hari. Tentang targetan minimal berapa lembar, itu juga tergantung pribadi. Membaca satu lembar perhari itu sudah luar biasa jika hal itu rutin dilakukan. Yaah, itu kan hal yang bersifat ibadah, boleh dunks kalau lebih dari itu. Toh efeknya juga ke diri kita, bukan ke orang lain, asalkan “Lillah”, itu saja.  . Hanya kita dan Sang pemilik hati yang tau.
Membaca Al Qur’an itu melembutkan hati-hati yang keras. Kalau cara pandang saya secara umum, lelaki itu lebih keras dari wanita, itu dilihat dari luar. Namun lembutnya hati? banyak juga lho lelaki yang hatinya lebih lembut dari wanita. Dan lelaki yang kelihatan keras akan lembut ketika membaca Al Qur’an. Luar biasa sekali kan? Itulah lelaki yang Gentle, yaitu lelaki yang lemah lembut  (kayak aku ini hehehehe)
Senantiasa dekat dengan Al Qur’an, itu adalah keinginan setiap seorang muslim. Bukan berarti kemana-mana harus membaca Al Qur’an tapi tak dibacanya. Bukankah teknologi sekarang  sudah canggih? ada aplikasi Al Qur’an digital untuk HP, bisa dibawa kemana-mana dan praktis. Tinggal kemauan saja yang akan menjalankannya.
Dan saksikanlah bahwa aku seorang muslim, Asy'hadu bi anaa muslimin..
Selamat membaca Al Qur’an dengan hati teman's… :)

Fenomena Bulan Ramadhan


Bulan Ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu, bagi yang menuggu tentunya. Karena ada beberapa yang menganggap bulan ramadhan seperti bulan sebelumnya, no special. Semoga kita termasuk orang-orang yang menyambut hangat kedatangan ramadhan tersebut.
Ada beberapa hal yang hanya terjadi saat bulan ramadhan. Ada yang membuat gemes, bangga, sedih, bahkan bahagia. Aacchh, pokoknya campur jadi satu perasaan itu
Fenomena pertama yaitu fenomena yang menyenangkan yaitu masjid banyak penghuninya saat bulan Luar biasa ini. Dari shubuh yang biasanya hanya berpenghuni mbah-mbah,eh di bulan ini banyak yang berbondong-bondong. Di awal puasa wuiiih, luar biasa sekali sampai ke jalan-jalan euy, penambahan deklit di samping masjid san serambi masjid untuk menampung jama’ah. Wonderful..
Di bulan Ramadhan ini banyak Al Qur’an di bacakan. Berlomba-lomba untuk membaca Al Qur’an. Berusaha menamatkannya satu bulan penuh. Indah sekali pemandangan ini, aah, saya suka :) .
Berlomba-lomba dalam hal kebaikan, فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ (Fastabiqul khoiroot), semuanya ingin menjadi yang terbaik, semuanya ingin memberikan yang terbaik untuk saudara-saudaranya dalam hal berbuka dan dalam hal bersedekah. Indahnya ukhuwah jika saling memahami antara si dermawan dan sang mustahik yaitu 8 golongan asnaf (Fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, gorimin, sabilillah, dan ibnu sabil). Lebih lengkapnya silakan kulak kuli 
Dan banyak sekali fenomena-fenomena kebaikan lainnya yang tak bisa ku sebut satu persatu saking banyaknya (Berkaca-kaca) 
Fenomena kedua  adalah fenomena membuat hati harus bersabar dalam menghadapinya. Ketika sholat tarawih, beberapa imam membuat image baik untuk jama’ah nya yang kebanyakan jama’ahnya ingin segera selesai. Maka dari itu para imam mempercepat bacaannya dengan gaya ngebut bin ngepot-ngepot, sehingga tak jelas lah makharojul hurufnya, tajwid yang terseret dan yang tersampaikan di telinga adalah ayat pertama dan terakhir. Huks, sedih sekali, ini sholat ataukah kejar setoran layaknya bus “Sumber Kencono” yang sering ngebut menjadi raja jalanan. Tak memperhatikan peringatan “Ngebut Benjut” hehehee.. Ini sholat atau hanya jengkang-jengking, jendal jendul ?? 
Kalau seperti ini sering galau memilih masjid, jadi sebelum memilih ke masjid harus tau dulu siapa imamnya. Ya inginnya juga sholat berjama’ah seperti di masjid kampus, Masjid IAIN Sunan Ampel Surabaya in memory. Gundah gulana apakah memilih sholat berjama’ah di masjid ataukah sholat sendiri di rumah dengan argument ‘Ingin lebih khusyuk’. Yah, kalau hafalan bacaannya sudah melewati juz 30 (mulai dari juz bawah), yah tak masalah. Karena perbendaharaan hafalan suratnya banyak dan jikalau dengan sholat sendiri bacaan lebih bagus dan lebih panjang bin khusyuk, tak apalah. Lha kalau juz 30 banyak yang rontok, pantaskaaah??. Yah semoga kita lebih bijak memilah dan memilih, jika perlu kita jelajah dari masjid ke masjid :D
Nah yang satu ini yang membikin gemez dan pengen nyubit jika liat barisan Shaf di ibu-ibu. Kalau barisan bapak-bapak nampaknya tak masalah, tetapi yang menjadi masalah adalah barisan ibu-ibu yang ndak rapat dan ndak rapi. Masing-masing membawa sajadah yang besar-besar yang membuat renggang antara satu jama’ah dengan jama’ah lain. Entahlah apa tujuannya, apakah biar longgar dan bisa bebas ataukah gimana. Pokoknya saya gemes sekali liat pemandangan ini. Sang imam juga ndak memperingatkan untuk merapikan barisan. Dan itu terjadi di banyak masjid. Huks sediiih… bagaimana bisa rapi kalau ilmu itu belum sampai pada mereka yah?? Karena obyeknya adalah ibu-ibu yang sudah sepuh, maka agak sulit masuknya, kecuali ada taklim disana. Ahhh, jadi pengen berbuat sesuatu. :)
Yah, setidaknya itu beberapa fenomena yang saya rasakan, positif negatifnya. Mungkin masih banyak sekali fenomena yang belum saya sampaikan. Semoga bisa menjadi koreksi bersama. Bukan menyalahkan dan menuding penyebab masalahnya, tetapi coba mari kita cari solusinya bersama...