“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu…
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada…”
Setelah Anda membaca larik syair cinta “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono yang termaktub dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni di atas, apa arti puisi bagi hidup dan kehidupan kita?
Menurut Abdul Hadi W.M, banyak pengertian bisa diberikan tentang apa sebenarnya arti puisi bagi hidup seseorang. Ia bisa merupakan sarana untuk mencari kebenaran atau memahami hidup. Ia juga bisa merupakan sarana ekspresi atau media untuk mewujudkan hidup, sesuatu yang hakiki bagi manusia.
“Di dalam puisi, sebagaimana di dalam ilmu dan seni yang lain, tercakup cita-cita manusia akan kebenaran, akan kehidupan. Ia juga bisa merupakan tanggapan terhadap hidup secara batiniah. Di dalamnya terkandung gagasan-gagasan, keyakinan si penyair, bentuk-bentuk perasaan yang sedang hidup dalam suatu masa, dan rekaman nilai-nilai kemanusiaan karena penyair lebih dari sekadar berpikir, tetapi juga merasakan dan menghayati hidup,” katanya.
Selanjutnya dikatakan, menghadapi berbagai kenyataan hidup, misalnya, tak jarang kita dihadapkan pada pertanyaan, “Apakah hidup itu sebenarnya?” Namun yang lebih hakiki lagi untuk ditanyakan ialah, “Siapa aku sebenarnya?”
“Puisi bisa menjadi sarana ibadah, pernyataan baru, dan cinta yang mendalam dan personal,” tandas Abdul Hadi W.M.
Akan halnya dengan Foto Sampul Kronologi Facebook Aku Ingin mencintaimu dengan Sederhana di bawah ini, saya maksudkan agar kita kembali ke jati diri, memahami dengan jelas dan jernih serta mendalam: siapa kita sebenarnya? Dalam puisi bertitel “Jangan Bertanya”, penyair Sitor Situmorang dengan tepat melukiskan soal dimaksud. Berikut penggalan syairnya:
Manusia mengucap nama kita
Dengan air mata rindu gemas
Ingin kita kembali dari seberang sana
Atau kita hanya selintas kenangan
sepotong nama bisu di atas secarik kertas
Di sudut tercampak dan dilupakan
Bilamana, hendak ke mana dan apa?
Sinar bulan tak akan membuka
Segala akan tetap tinggal rahasia
Tangan ini hanya mencatat luka
Cerita bintang dan bulan purnama.
Dengan air mata rindu gemas
Ingin kita kembali dari seberang sana
Atau kita hanya selintas kenangan
sepotong nama bisu di atas secarik kertas
Di sudut tercampak dan dilupakan
Bilamana, hendak ke mana dan apa?
Sinar bulan tak akan membuka
Segala akan tetap tinggal rahasia
Tangan ini hanya mencatat luka
Cerita bintang dan bulan purnama.
0 komentar:
Posting Komentar